
Empat minggu pertama semenjak lahirnya Ryu, ---dari 12 April sampai 12 Mei---tidak diragukan lagi menjadi masa-masa perjuangan bagi Ayah dan Bunda. Inilah awal-awal genting dalam proses perjalanan Ryu di dunia.
Ayah sempat cuti kerja tiga minggu buat menemani Bunda. Sedang Bunda cuti tiga bulan. Selama cuti, Ayah membantu apa saja yang bisa dibantu. Mencuci popok, mengambilkan air hangat buat cebok Ryu, menyiapkan pernik-pernik kecil mulai dari kapas bulet sampai lidi kapas (cotton bud), sampai ke yang agak menakutkan, menjemur Ryu di pagi hari. Menakutkan, karena Ayah masih agak takut-takut menggendong adik kecil yang masih merah ini.
Ryu begitu mungil. Kulitnya lembut & putih. Rambutnya lebat. Ryu jarang menangis. Kalau nangis, Ayah sering takut karena badannya---terutama muka---terlihat begitu merah.
***
SakitMinggu-minggu pertama, Ayah Bunda sempat khawatir dengan kondisi Ryu. Pada hari kedua setelah lahir, dokter menyebut Ryu mengalami 'kekentalan darah' yang cukup tinggi. Terpaksa, sama dokter sempat mendapat asupan susu formula sedikit, yang katanya agar kekentalan darahnya turun.
Waktu Ayah mencari-cari informasi dan membaginya pada Bunda, kekentalan darah ini ternyata menakutkan. Dari informasi itu, ada yang menyebutkan, darah yang terlalu kental akan sulit mengalir ke otak, sehingga terpaksa akan ada mekanisme dimana sistem tubuh akan menyerap air dari otak, supaya darah bisa mengalir lancar.
Ada pula yang menyebutkan, darah yang kental akan lambat mengalir ke otak. Padahal sel otak sangat boros mengkonsumsi makanan dan oksigen. Lambatnya aliran darah ini bisa menyebabkan sel-sel otak cepat mati, atau tidak berfungsi.
Bila itu terjadi, maka otak akan mengerut, dan akibatnya bisa fatal.
Alhamdulillah, darah Ryu bisa normal kembali dan bisa segera dibawa pulang.
***
Mata dan bibirTapi setelah itu, perjuangan berat muncul. Seminggu setelah lahir, mata Ryu sering tidak bisa terbuka karena lengket. Terutama setelah bangun tidur. Pagi-pagi, kalau bangun, matanya lengket dengan 'kuning'. Ada yang bilang seperti
'belekan', ada juga yang menyebutnya
bloboken.

Pernah dibawa ke dokter, katanya tidak masalah. Asal sering dibersihkan saja. Kalau Ayah dan Bunda berpendapat, pinggir mata Ryu sering kotor dan lengket karena Ryu jarang menangis.
Ayah dan Bunda punya tugas rutin. Ayah menyiapkan air hangat dan kapas, sedang Bunda membersihkan kelopak matanya dengan hati-hati, membuang kotoran kuning yang ada di pinggir matanya. Ini berlangsung sampai usia Ryu lebih dari sebulan. Berbagai saran dari orang-orang tua, sudah dilakukan, seperti mengolesi mata Ryu dengan air ludah Bunda.
Kadang-kadang Ayah dan Bunda tidak tega melihat mata Ryu sering terlihat agak bengkak dan merah. Ryu tetap jarang menangis. Tapi Ayah pernah melihat justru Bunda yang menangis, karena sedih melihat kondisi Ryu seperti itu.
***
Selain mata, Ryu juga sakit bibir. Permukaan bibirnya ada warna putih merata, sampai ke lidah. Sempat dibawa ke dokter dan diberi obat tetes yang pakai pipet itu.
Cuman ngga ngaruh Tidak berkurang juga.
Ryu juga dibawa ke klinik bidan yang dulu jadi tempat Bunda periksa kandungan. Ryu diberi obat cair yang warnanya biru. Obat itu dioleskan ke bibir dan lidah pakai lidi kapas.

Setiap pagi dan malam, bergiliran Ayah dan Bunda mengobati bibir Ryu. Kadang-kadang cuma dibersihkan pakai kain kasa.
Kalau pas lagi 'operasi', Ayah dan Bunda selalu menunggu Ryu tidur, soalnya kalau Ryu bangun susah mengobatinya. Kepalanya bergerak-gerak setiap kali ada lidi kapas yang mampir di bibirnya. Mungkin perih.
Bunda sering kesel kalau melihat Ayah terlalu banyak memberi olesan obat biru ke bibir Ryu. "Kamu diapain ayah, dik? Kok sampai biru-biru begitu. Mengerikan..."
Sesekali pernah bercanda, Ryu seperti vampir kalau bibirnya biru semua.
Kondisi Ryu seperti itu cukup lama, sekitar sebulan setelah lahir. Warna putih-putih di bibirnya berangsur-angsung hilang, dan akhirnya sembuh. Alangkah senangnya.
***